Perbedaan Maag Biasa dan GERD, Jangan Sampai Tertukar

Maag dan GERD sering dianggap sama, padahal penyakit ini berbeda berbeda. Simak perbedaan maag biasa dan GERD, gejala khasnya, serta cara penanganan yang tepat.

9/26/20252 min read

Pendahuluan

Banyak orang mengeluh sakit perut bagian atas, mual, atau rasa panas di dada, lalu langsung menyebutnya sebagai “maag”. Padahal, tidak semua masalah lambung adalah maag. Ada kondisi lain yang gejalanya mirip namun berbeda, yaitu GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) atau penyakit asam lambung naik. Karena tanda-tandanya hampir sama, maag dan GERD sering disalahartikan. Padahal, penanganan keduanya tidak sama dan bisa berbahaya bila salah diagnosa.

👉 Baca juga: 7 Minuman Alami yang Bisa Membantu Redakan Asam Lambung

Apa Itu Maag?

Maag merupakan istilah awam yang biasanya merujuk pada gangguan lambung seperti gastritis (radang dinding lambung) atau dispepsia (nyeri ulu hati akibat asam lambung berlebih). Gejala yang umum terjadi adalah rasa nyeri atau perih di ulu hati, perut terasa penuh atau kembung setelah makan, mual hingga muntah, dan nafsu makan menurun.

Penyebabnya beragam, mulai dari pola makan tidak teratur, konsumsi kopi atau makanan pedas, stres berlebihan, hingga infeksi bakteri Helicobacter pylori. Pada sebagian kasus, maag bisa menjadi kronis bila tidak ditangani dengan baik.

Apa Itu GERD?

Berbeda dengan maag, GERD terjadi ketika asam lambung naik ke kerongkongan akibat melemahnya katup penghubung antara lambung dan esofagus. Akibatnya, penderita sering merasakan sensasi terbakar di dada (heartburn), rasa asam atau pahit di mulut, batuk kronis, suara serak, bahkan kesulitan menelan.

GERD umumnya dipicu oleh gaya hidup tidak sehat, seperti makan larut malam, obesitas, kebiasaan merokok, dan stres. Kondisi ini perlu diwaspadai karena dalam jangka panjang dapat menyebabkan peradangan kerongkongan, luka, bahkan meningkatkan risiko kanker esofagus.

Perbedaan Utama Maag dan GERD

Sekilas, keduanya tampak sama-sama berhubungan dengan asam lambung. Namun perbedaan mendasar terletak pada lokasi masalah dan gejala khasnya. Maag berpusat pada lambung dengan keluhan nyeri ulu hati, kembung, dan mual, sementara GERD muncul karena asam lambung yang kembali ke kerongkongan, menimbulkan heartburn dan rasa asam di mulut.

Pemicu keduanya juga berbeda. Maag lebih sering dikaitkan dengan makanan pedas, asam, kopi, atau infeksi bakteri, sedangkan GERD erat hubungannya dengan obesitas, kebiasaan makan sebelum tidur, dan melemahnya katup lambung. Dari sisi komplikasi, maag berisiko menimbulkan tukak lambung dan perdarahan, sementara GERD dapat menyebabkan penyempitan kerongkongan hingga risiko kanker jika dibiarkan.

Kapan Harus ke Dokter?

Meski sebagian besar kasus maag dan GERD bisa dikelola dengan perubahan gaya hidup dan obat-obatan, ada kondisi tertentu yang tidak boleh diabaikan. Jika muncul nyeri hebat di ulu hati atau dada, muntah darah, feses berwarna hitam, berat badan turun drastis tanpa sebab, atau kesulitan menelan, segera periksakan diri ke dokter. Gejala tersebut bisa menjadi tanda komplikasi serius.

Cara Mengelola Maag dan GERD

Pengelolaan kedua kondisi ini memiliki banyak kesamaan. Pola makan yang lebih teratur dengan porsi kecil namun sering, menghindari makanan pedas, berlemak, atau terlalu asam, serta membatasi kopi dan minuman beralkohol dapat membantu mengurangi gejala. Hindari kebiasaan langsung berbaring setelah makan, jaga berat badan ideal, berhenti merokok, dan kelola stres dengan olahraga atau relaksasi.

Dengan disiplin menerapkan gaya hidup sehat, banyak penderita yang berhasil mengurangi gejalanya tanpa harus bergantung pada obat dalam jangka panjang. Namun bila keluhan terus berulang, pemeriksaan medis tetap diperlukan agar penyebab yang lebih serius bisa disingkirkan.

👉 Baca juga: Terapi Alami untuk Sakit Lambung: Pilihan Aman Meredakan Gejala

Kesimpulan

Maag dan GERD sering dianggap sama, padahal keduanya berbeda. Maag adalah gangguan di lambung, sedangkan GERD terjadi karena asam lambung naik ke kerongkongan. Mengetahui perbedaan ini penting agar penanganan tidak salah arah.

Dengan pola makan yang baik, gaya hidup sehat, serta kesadaran untuk segera mencari pertolongan medis bila gejala berat muncul, maag dan GERD bisa dikelola sehingga tidak mengganggu kualitas hidup.