Stres Bisa Picu Maag? Ini Hubungan Antara Kesehatan Mental dan Penyakit Lambung

Stres ternyata bisa picu maag! Simak penjelasan ilmiah hubungan antara kesehatan mental dan penyakit lambung, plus cara alami memutus lingkaran setannya.

9/28/20252 min read

Banyak orang mengira maag atau penyakit lambung hanya disebabkan oleh makanan pedas, telat makan, atau kopi berlebihan. Padahal, ada satu pemicu tak kasat mata yang sering diabaikan: stres.

Ya, stres—baik fisik maupun emosional—bisa menjadi penyebab utama atau pemicu kekambuhan penyakit lambung, termasuk gastritis, tukak lambung, dan GERD. Lalu, bagaimana tepatnya stres memengaruhi lambung? Dan apa yang bisa kita lakukan untuk memutus rantai ini?

Mari kita kupas secara ilmiah namun tetap praktis.

Otak dan Lambung: Dua Organ yang “Ngobrol” Langsung

Tahukah kamu? Lambung dan otak terhubung erat melalui yang disebut “sumbu usus-otak” (gut-brain axis)—sebuah jalur komunikasi dua arah melalui saraf vagus dan sistem saraf enterik.

Saat kamu stres (misalnya karena tekanan kerja, masalah keluarga, atau kecemasan berlebihan), otak melepaskan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin. Hormon ini tidak hanya mempercepat detak jantung, tapi juga:

  • Meningkatkan produksi asam lambung

  • Mengurangi aliran darah ke lambung

  • Mengganggu gerakan pencernaan normal

  • Melemahkan lapisan pelindung lambung

Akibatnya, lambung jadi lebih rentan terhadap iritasi, peradangan, bahkan luka (tukak). Bahkan pada orang yang pola makannya sudah sehat, stres kronis bisa memicu gejala maag yang parah.

Gejala “Maag Psikosomatik” yang Sering Disalahpahami

Beberapa orang mengalami gejala seperti:

  • Perut perih atau mual meski baru makan

  • Kembung tanpa sebab jelas

  • Sensasi panas di dada (heartburn) saat gugup

  • Nafsu makan menurun drastis saat stres

Padahal, pemeriksaan medis tidak menunjukkan luka atau infeksi H. pylori. Kondisi ini sering disebut maag psikosomatik—gangguan lambung yang dipicu atau diperparah oleh faktor psikologis.

Fakta Medis: Stres Tidak Langsung “Membuat” Maag, Tapi...

Perlu dicatat: stres tidak selalu menjadi penyebab utama tukak lambung. Penelitian modern menunjukkan bahwa sebagian besar tukak disebabkan oleh infeksi bakteri Helicobacter pylori atau penggunaan obat NSAID (seperti ibuprofen).

Namun, stres memperparah kondisi yang sudah ada dan menghambat proses penyembuhan. Bahkan pada kasus GERD, stres bisa meningkatkan persepsi rasa nyeri—sehingga gejala terasa lebih berat meski kadar asam lambung normal.

Cara Memutus Hubungan Stres dan Penyakit Lambung

Untungnya, hubungan ini bersifat dua arah—artinya, menenangkan pikiran juga bisa menenangkan lambung. Berikut langkah praktis yang bisa kamu coba:

1. Latihan Pernapasan Dalam

Tarik napas perlahan lewat hidung (4 detik), tahan (4 detik), buang lewat mulut (6 detik). Lakukan 5–10 menit/hari. Ini merangsang saraf vagus dan menurunkan respons stres.

2. Jadwalkan “Waktu Bebas Stres”

Luangkan 15–30 menit sehari untuk aktivitas yang menenangkan: jalan santai, mendengarkan musik, atau menulis jurnal.

3. Jangan Makan Saat Emosi Tinggi

Makan dalam keadaan marah, cemas, atau sedih bisa mengganggu pencernaan. Tenangkan diri dulu, baru makan dengan sadar (mindful eating).

4. Tidur Cukup

Kurang tidur meningkatkan kortisol. Usahakan 7–8 jam tidur berkualitas tiap malam.

5. Konsultasi ke Psikolog Jika Perlu

Jika stres sudah mengganggu keseharian dan pencernaan, bicaralah dengan profesional. Terapi kognitif (CBT) terbukti efektif untuk gangguan pencernaan fungsional.

Penutup: Sehat Lambung Dimulai dari Pikiran Tenang

Penyakit lambung bukan hanya soal “apa yang kamu makan”, tapi juga “bagaimana kondisi pikiranmu saat makan”. Mengelola stres bukan sekadar self-care—itu bagian penting dari pengobatan lambung yang holistik.

Jadi, selain menghindari makanan pedas dan kopi, jangan lupa juga untuk memberi ruang bagi pikiranmu untuk bernapas. Karena lambung yang sehat dimulai dari otak yang tenang.