Komplikasi Akut Diabetes: Waspadai Hipoglikemia, Ketoasidosis, hingga Koma HONK
Komplikasi akut diabetes bisa berujung fatal. Kenali tanda hipoglikemia, ketoasidosis, dan koma hiperosmolar non-ketotik (HONK) agar segera ditangani sebelum terlambat.
9/17/20252 min read


Pendahuluan
Diabetes bukan hanya penyakit kronis yang berjalan pelan, tetapi juga bisa menimbulkan komplikasi akut yang berbahaya. Kondisi ini muncul secara tiba-tiba, berlangsung cepat, dan bila tidak segera ditangani dapat mengancam jiwa. Tiga komplikasi akut yang paling sering ditemukan adalah hipoglikemia, ketoasidosis diabetik (KAD), dan koma hiperosmolar non-ketotik (HONK).
Banyak penderita diabetes maupun keluarganya belum memahami tanda-tanda awal komplikasi ini, sehingga sering terlambat datang ke rumah sakit. Artikel ini akan membahas secara ringkas dan jelas mengenai ketiga kondisi tersebut agar Anda lebih waspada.
👉 Baca juga: Bahaya Diabetes Tidak Terkontrol: Dari Serangan Jantung hingga Amputasi
Hipoglikemia: Gula Darah Turun Drastis
Hipoglikemia adalah kondisi ketika kadar gula darah turun di bawah 60 mg/dl. Penyebabnya bisa karena terlambat makan, olahraga berlebihan, atau penggunaan obat/insulin yang tidak sesuai. Gejala awal biasanya berupa lapar berlebihan, gemetar, berkeringat dingin, dan jantung berdebar. Jika dibiarkan, penderita bisa mengalami kejang, penurunan kesadaran, hingga koma.
Kasus nyata misalnya dialami oleh Bu Lili, seorang penderita diabetes yang sering menunda makan karena sibuk. Ia tiba-tiba pingsan di kantor akibat gula darahnya turun drastis. Beruntung, rekannya segera memberikan pertolongan dengan minuman manis sebelum dibawa ke rumah sakit.
Hipoglikemia merupakan kondisi darurat yang harus segera ditangani. Pertolongan pertama adalah memberikan makanan atau minuman manis bila penderita masih sadar. Jika sudah tidak sadar, segera bawa ke instalasi gawat darurat (IGD).
Ketoasidosis Diabetik (KAD)
Ketoasidosis diabetik adalah komplikasi akut yang sering terjadi pada penderita diabetes tipe 1. Kondisi ini muncul akibat kekurangan insulin sehingga tubuh tidak bisa menggunakan glukosa sebagai energi. Akibatnya, lemak dipecah secara berlebihan dan menghasilkan keton yang membuat darah menjadi asam.
Gejalanya antara lain mual, muntah, sakit perut, napas cepat dan dalam, mulut berbau buah, hingga penurunan kesadaran. Aurelia, seorang remaja penderita diabetes tipe 1, pernah mengalami kondisi ini karena sering lupa menyuntik insulin. Ia harus dirawat intensif di ICU untuk menstabilkan gula darah dan menurunkan kadar keton dalam tubuhnya.
KAD adalah kondisi yang sangat berbahaya dengan risiko kematian tinggi bila terlambat ditangani. Penanganannya membutuhkan cairan infus, insulin intravena, serta pemantauan ketat di rumah sakit.
Koma Hiperosmolar Non-Ketotik (HONK)
Berbeda dengan KAD, HONK lebih sering terjadi pada penderita diabetes tipe 2 usia lanjut. Pada kondisi ini, kadar gula darah sangat tinggi (sering di atas 600 mg/dl) sehingga darah menjadi kental dan mengganggu fungsi organ. Tidak seperti KAD, HONK jarang menghasilkan keton dalam jumlah banyak, tetapi risikonya sama berbahayanya.
Gejala HONK biasanya berkembang perlahan, mulai dari sering haus, banyak buang air kecil, lemah, bingung, hingga akhirnya koma. Pak Hin, penderita diabetes tipe 2 berusia 70 tahun, ditemukan keluarga dalam kondisi tidak sadar setelah beberapa hari tidak minum obat dan asupan cairannya kurang.
Penanganan HONK memerlukan cairan infus dalam jumlah besar, pengendalian gula darah, serta pengobatan penyakit penyerta yang memicu kondisi tersebut.
Kesimpulan
Komplikasi akut diabetes seperti hipoglikemia, ketoasidosis diabetik, dan koma hiperosmolar non-ketotik adalah kondisi gawat darurat yang memerlukan penanganan cepat. Setiap penderita diabetes dan keluarganya perlu memahami tanda-tanda awalnya agar dapat segera mengambil tindakan.
Jangan pernah menyepelekan gejala seperti gemetar, pingsan, mual muntah hebat, napas cepat, atau penurunan kesadaran. Segera periksakan diri ke rumah sakit bila gejala muncul. Mengendalikan gula darah dengan baik, mengikuti aturan obat, serta menjaga pola hidup sehat adalah cara terbaik untuk mencegah terjadinya komplikasi berbahaya ini.