Komplikasi Kronis Diabetes: Dari Kerusakan Saraf hingga Gagal Ginjal
Komplikasi kronis diabetes bisa merusak saraf, ginjal, mata, jantung, hingga otak. Kenali gejala dan bahayanya agar bisa dicegah dengan kontrol gula darah yang baik.
9/17/20253 min read


Pendahuluan
Diabetes melitus dikenal sebagai penyakit kronis yang sering kali tidak menimbulkan keluhan berarti pada awalnya. Banyak penderita merasa sehat walaupun kadar gula darahnya tinggi. Namun, bahaya sebenarnya bukan hanya pada kadar gula yang naik-turun, melainkan kerusakan organ tubuh secara perlahan akibat gula darah yang tidak terkontrol. Kondisi inilah yang disebut komplikasi kronis.
Komplikasi kronis diabetes berkembang selama bertahun-tahun dan dapat menyerang berbagai organ penting, mulai dari saraf, ginjal, mata, jantung, pembuluh darah, hingga otak. Bila tidak dicegah, komplikasi ini dapat menurunkan kualitas hidup secara drastis bahkan mengancam nyawa.
👉 Baca juga: Komplikasi Akut Diabetes: Waspadai Hipoglikemia, Ketoasidosis, hingga Koma HONK
Kerusakan Saraf (Neuropati Diabetik)
Neuropati adalah salah satu komplikasi paling sering pada penderita diabetes. Kadar gula darah tinggi yang berlangsung lama dapat merusak serabut saraf, baik di kaki, tangan, maupun organ tubuh bagian dalam. Neuropati perifer ditandai dengan rasa kesemutan, baal, nyeri seperti terbakar, atau hilangnya sensasi di kaki. Kondisi ini sangat berbahaya karena penderita bisa tidak menyadari adanya luka kecil yang kemudian berkembang menjadi infeksi berat hingga berujung amputasi.
Selain saraf perifer, saraf otonom juga bisa terganggu. Gejalanya antara lain pusing saat berdiri, gangguan pencernaan seperti diare atau sembelit, gangguan buang air kecil, hingga disfungsi ereksi pada pria. Neuropati membuat penderita diabetes semakin rentan mengalami luka dan menurunkan kualitas hidup secara signifikan.
Kerusakan Ginjal (Nefropati Diabetik)
Ginjal berfungsi sebagai penyaring racun dan sisa metabolisme dalam darah. Pada penderita diabetes, pembuluh darah kecil di ginjal dapat rusak sehingga protein bocor ke dalam urine, kondisi yang disebut mikroalbuminuria. Bila tidak dikendalikan, kerusakan ginjal berkembang menjadi nefropati diabetik dan berujung pada gagal ginjal stadium akhir (End Stage Renal Disease/ESRD).
Pasien dengan gagal ginjal membutuhkan terapi cuci darah (hemodialisis) atau transplantasi ginjal agar dapat bertahan hidup. Di Indonesia, diabetes merupakan penyebab utama pasien masuk program cuci darah. Hal ini menegaskan betapa seriusnya komplikasi ginjal akibat gula darah yang tidak terkendali.
Kerusakan Mata (Retinopati Diabetik)
Mata adalah organ lain yang sangat rentan terhadap diabetes. Gula darah tinggi dapat merusak pembuluh darah kecil di retina sehingga terjadi retinopati diabetik. Pada tahap awal, penderita mungkin tidak merasakan gejala. Namun seiring waktu, penglihatan mulai kabur, muncul bercak hitam, hingga akhirnya terjadi kebutaan permanen.
Selain retinopati, penderita diabetes juga lebih berisiko mengalami katarak (lensa keruh) dan glaukoma (tekanan bola mata tinggi). Komplikasi mata ini bisa dicegah bila gula darah terkontrol dan pasien rutin memeriksakan mata minimal setahun sekali.
Penyakit Jantung dan Hipertensi
Diabetes meningkatkan risiko penyakit jantung koroner dan hipertensi. Kadar gula yang tinggi membuat dinding pembuluh darah kaku dan mudah tersumbat, sehingga aliran darah ke jantung terganggu. Gejalanya bisa berupa nyeri dada (angina), sesak napas, atau serangan jantung mendadak.
Selain itu, penderita diabetes juga lebih rentan mengalami kardiomiopati (kerusakan otot jantung) dan gangguan irama jantung. Hipertensi yang sering menyertai diabetes memperparah risiko stroke dan gagal jantung. Oleh sebab itu, penderita diabetes dianjurkan untuk rutin memantau tekanan darah dan kadar kolesterol, selain gula darah.
👉 Baca juga: Bahaya Diabetes Tidak Terkontrol: Dari Serangan Jantung hingga Amputasi
Stroke dan Penyakit Pembuluh Darah
Risiko stroke pada penderita diabetes meningkat hingga 2–4 kali lipat dibandingkan orang sehat. Gula darah tinggi, hipertensi, kolesterol, dan obesitas merupakan kombinasi berbahaya yang mempercepat kerusakan pembuluh darah di otak. Stroke dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, gangguan bicara, atau bahkan kematian.
Selain otak, pembuluh darah perifer di kaki juga rentan tersumbat. Kondisi ini menyebabkan nyeri saat berjalan (klaudikasio), luka yang sulit sembuh, dan pada kasus berat berakhir dengan amputasi. Itulah sebabnya penderita diabetes sangat dianjurkan untuk merawat kaki dengan baik dan segera memeriksakan luka sekecil apa pun.
Gangguan Organ Lain dan Infeksi
Tidak hanya saraf, ginjal, mata, dan jantung, diabetes juga dapat memengaruhi organ lain. Hati misalnya, lebih mudah mengalami perlemakan hati (fatty liver). Paru-paru penderita diabetes lebih rentan terhadap infeksi, begitu pula saluran kemih dan kulit. Sistem imun yang melemah akibat diabetes membuat tubuh sulit melawan kuman sehingga penyakit infeksi lebih sering terjadi dan lebih sulit sembuh.
Kesimpulan
Komplikasi kronis diabetes merupakan ancaman serius yang bisa menurunkan kualitas hidup bahkan menyebabkan kematian. Neuropati, nefropati, retinopati, penyakit jantung, stroke, hingga infeksi berulang adalah sebagian contoh kerusakan organ akibat gula darah yang tidak terkontrol.
Namun kabar baiknya, sebagian besar komplikasi ini dapat dicegah dengan pengendalian diabetes yang baik. Menjaga kadar gula darah tetap stabil, rutin memeriksakan kesehatan, serta menerapkan gaya hidup sehat adalah kunci utama untuk melindungi organ tubuh dari kerusakan. Ingatlah bahwa mengendalikan diabetes hari ini berarti menyelamatkan kesehatan di masa depan.